Kamis, 26 Maret 2009

it hurts me

Lidahmu Sakit Hatiku,
Atau.. seberapa sabarku.
25 April 2008

Email yang aku kirim bounce back. Shit! Salah address kayaknya. Ada banyak file yang harus aku kirim siang itu untuk Pak Maryoto, sudah hampir lima belas menit aku upload. Aku pikir sudah selesai tugasku untuk memberikan laporan yang telah dinantikannya itu. Sampai ketika aku check kembali ternyata masih belum terkirim.

“Jean, emailnya Pak Maryoto apa ya? ”

tanyaku kepada Jean, sekretaris yang masih begitu muda dan cuek itu. Karena dia sering berhubungan dengan Pak Maryoto maka aku bertanya padanya, siapa tahu dia hafal. Tanpa aku harus membuka email kantor yang butuh waktu lebih lama untuk upload bahkan satu file pun.
“Tinggal buka aja emailnya dan ketik beberapa huruf awalnya, nanti kan keluar alamatnya!”.
Jawab Jean lantang, dari balik partisi kantor tanpa menoleh kearahku yang saat itu berdiri untuk menoleh kearahnya sambil menunggu jawabannya, seolah aku terlalu bodoh untuk mengetahui cara itu.
“Aku tau, aku tanya kamu karena aku pikir kamu hafal”.
Aku harus memberi tau alasanku bertanya, dan saat itu aku langsung menyesal telah bertanya padanya. Jane punya cara tersendiri untuk menjawab pertanyaan atau merespon percakapan yang pada akhirrnya menciptakan lubang didalam hati.
“idih!! Ngapain juga gue ngafalin alamat emailnya?? Kayak ga ada kerjaan!”
Sambungnya dengan tetap cuek.
Dan aku, aku terlambat untuk tidak merasa kesal,
“ Kenapa harus nyakitin ya ngomongnya?” .
Aku mencoba untuk mengusap pundaknya lewat nada bicaraku, dan aku harus melewati percakapan sesaat itu dengan lebih cepat dan kembali ke mejaku untuk mencari tau sendiri alamat email Pak Maryoto.

Darimana datangnya rasa tidak peduli dan apa yang menyebabkannya?, dan darimana datangnya rasa ingin mengecewakan orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar